“Ma, belikan tas yang gambarnya Princes doong!”, “Nggak mau, nggak mau, pokoknya harus baju Ben-10 sekarang!” dan rengekan-rengekan yang lain, yang kadang disertai dengan ‘aksi’ menjatuhkan diri atau berguling-guling di lantai toko/mall, merupakan beberapa cara yang digunakan anak untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mengapa hal tersebut terjadi? Mengapa anak suka memaksa dan maunya dituruti? Hal ini bisa disebabkan oleh 1) Bisa jadi, anak pernah minta sesuatu pada orang tua dengan cara bertanya, “Pa, aku boleh beli mainan ini nggak?”. Tetapi orang tua tidak meresponnya. Ketika anak bicara dengan baik-baik dan tidak direspon bisa saja kemudia menggunakan cara ‘memaksa’ untuk mendapatkan keinginannya; 2) Orang tua biasanya menjadi malu ketika anak berkelakuan seperti di atas, apalagi di tengah keramaian sehingga biasanya orang tua langsung mengabulkan permintaan anak. Ketika cara ini berhasil, maka anak akan menggunakan cara ini sebagai ’senjata’ mencapai apa yang ia inginkan; 3) Anak terbiasa selalu dipenuhi semua keinginannya sehingga ketika Anda menolak, dia menjadi sangat kecewa dan melampiaskannya dengan berbagai cara; 4) Anak terbiasa dengan keadaan yang ’serba ada’ sehingga ketika keadaan menjadi berbeda, anak tidak akan menerimanya dengan mudah. Lalu bagaimana mengatasinya? Berikut ini Tips mengajarkan Anak untuk menunda keinginanya:
1. Buat Daftar Prioritas. Orang tua dapat mengajak anak untuk membuat skala prioritas belanaj, atau barang apa saja yang dapat dibeli bulan ini. Sebaiknya hal tersebut dibuat bersama anak, agar anak lebih terlibat sehingga memudahkan dalam prakteknya nanti.
2. Mulai Ajarkan Anak Untuk Menunda Keinginan. Ketika anak meminta sesuatu, usahakan jangan langsung memenuhi -walau sebenarnya Anda mampu- namun berikan temp. Misalnya, ketika anak Anda baru duduk di kelas 2 SD minta dibelikan sepeda agar bisa berangkat sendiri ke sekolah, sementara Anda sendiri tidak yakin dengan keamanannya, Anda bisa mengatakan, “Kak, papa akan belikan sepeda kalau kakak sudah naik kelas 4, karena papa yakin pada saat itu kakak sudah mampu berangkat sendiri ke sekolah, sabar ya”. Tapi di lain sisi, janji harus ditepati, karena jika tidak, anak akan sulit percaya dengan orang tua.
3. Hadapi Dengan Tenang. Ketika anak meminta dengan cara yang ‘heboh’ biarka saja. Jika anak sudah cukup tenang, ajaklah bicara. Ingatlah bahwa anakusia dini sangat cepat belajar dari lingkungannya. Jika cara menangis ternyata cukup ampuh untuk mendapatkan apa yang dia mau, maka jangan heran kalau besok cara ini akan ia gunakan lagi.
4. Tumbuhkan Empati. Ajaklah anak untuk melihat teman-temannya yang kurang mampu sehingga mereka punya kepekaan sosial yang membuat mereka bersyukur dengan apa yang mereka punyai.
5. Ajak Bicara. Anak-anak adalah individu yang unik. Terkadang Anda sebagai orang tua meremehkan kemampuan mereka. Anda sebagai orang tua menganggap mereka adalah anak kecil yang belum mampu diajak layaknya orang dewasa. Cobalah mengubah cara pandang tersebut dan mulailah untuk semakin sering mengajak anak ngobrol dan berdiskusi. Dengan komunikasi anak tahu apa yang diinginkan orang tua, demikian pula sebaliknya.
6. Ajarkan Anak Untuk Menabung. Biasakan anak menabung sejak dini, jelaskan juga manfaat menabung salah satunya adalah jika uang tabungan sudah banyak bisa digunakan untuk membeli mainan atau barang baru yang diinginkan. Menabung juga melatih anak untuk sabar dan mengendalikan diri sejak awal.
7. Lead By Example. Ajarkan hal tersebut melalui praktek lengsung dengan membeli barang dengan sabar. Misalnya, ajak dia serta ke toko buku. Ketika Anda menanyakan salah satu buku yang Anda inginkan ternyata belum sampai di toko buku tersebut, sampaikan pada si anak, “Wah, papa sepertinya harus menunggu 1 minggu lagi ni, soalnya buku yang papa inginkan belum sampai di sini”. Atau ketika Anda tengah membeli suatu barang ternyata uang tunai yang Anda bawa tidak mencukupi -padahal sebenarnya Anda juga bisa mengambil melalui ATM- Anda bisa mengkomunikasikan, “Hm, sepertinya harga barangnya sudah naik hari ini, uang papa belum cukup nih. Papa spertinya harus nabung lagi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar